Selasa, 09 Februari 2010

BIMBINGAN BAGI MURID BERPERILAKU BERMASALAH

Perilaku bermasalah adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru, bukan semata-mata perilaku itu destruktif atau mengganggu proses pembelajaran, melainkan suatu bentuk perilaku agresif maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerjasama dengan teman merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar peserta didik, dan hal itu merupakan perilaku bermasalah.
Perilaku bermasalah yang nampak dipermukaan, baru merupakan indikator bahwa murid memiliki masalah. Guru hendaknya menyikap jauh dibalik perilaku yang nampak, agar memilki pemahaman tentang karakteristik perilaku murid yang sesungguhnya.

1. Pengertian dan Jenis Perilaku Bermasalah
Dalam pendekatan bimbingan perkembangan, guru dimungkinkan untuk memberikan layanan bimbingan terpadu dalam KBM. Melalui dasar bimbingan, guru membantu seluruh murid. Namun sekalipun telah memberikan bantuan terhadap seluruh murid, ada saja murid yang berperilaku bermasalah. Guru perlu memahami perilaku bermasalah ini sebab “murid yang bermasalah” biasanya tampak di dalam kelas dan bahkan dia menampakkan perilaku bermasalah itu di dalam keseluruhan interaksi dengan lingkungannya. Memahami perilaku bermasalah mengandung arti bahwa guru harus lebih sensitif terhadap interaksi antara berbagai kekuatan dan faktor di lingkungan peserta didik dengan penampilan perilaku peserta didik di sekolah.
Walaupun perilaku bermasalah hanya tampak pada sebagian peserta didik, namun perhatian guru harus tertuju kepada semua peserta ddik. Seringkali guru memberikan perlakuan secara langsung dan drastis yang tidak jarang dinyatakan dalam bentuk hukuman fisik. Cara atau pendekatan seperti ini seringkali tidak membawa hasil yang diharapkan karena perlakuan tersebut tidak didasarkan kepada pemahaman apa yang ada di balik perilaku bermasalah tersebut.



2. Bentuk-Bentuk Perilaku Bermasalah
Kesulitan memahami perilaku bermaslah adalah karena perilaku tersebut tampil dalam perilaku menghindar atau mempertahankan diri. Dalam psikologi perilaku ini disebut “mekanisme mempertahankan diri” yang disebabkan oleh karena peserta didik menghadapi kecemasan dan tidak mampu menghadapinya.
Bentuk umum dari perilaku mekanisme mempertahankan diri ini adalah :
a. Rasionalisasi
Mekanisme perilaku rasionalisasi ditunjukkan dalam bentuk memberikan penjelasan atas perilaku yang dilakukan oleh individu, penjelasan yang tampak biasanya cukup logis dan rasional tetapi pada dasarnya apa yang dijelaskan itu bukan merupakan penyebab nyata karena dengan penjelasan tersebut sebenarnya individu bermaksud menyembunyikan latar belakang perilakunya.
b. Sikap Bermusuhan
Sikap ini tampak dalam perilaku agresif, menyerang, mengganggu, bersaing, dan mengecam lingkungan.
c. Menghukum Diri Sendiri
Perilaku ini tampak dalam wujud mencela diri sebagai penyebab utama kesalahan atau kegagalan. Perilaku menghukum diri ini terjadi karena individu cemas bahwa orang lain tidak akan menyukai dia sekiranya dia mengkritik orang lain. Orang seperti ini memiliki kebutuhan untuk diakui dan disukai yang amat kuat.
d. Represi
Penyebab yang sebenarnya dari perilaku mekanisme diri terletak pada individu. Perilaku represi ditunjukkan dalm bentuk menyembunyikan dan menekan penyebab yang sebenarnya ke luar batas kesadaran. Individu berupaya melupakan hal-hal yang menimbulkan penderitaan hidupnya.
e. Konformitas
Perilaku ini ditunjukkan dalam bentuk menyelamatkan diri dengan atau terhadap harapan-harapan orang lain. Dengan memenuhi harapan orang lain, maka dirinya akan terhindar dari kecemasan. Orang seperti ini memiliki harapan sosial dan ketergantungan yang tinggi.
f. Sinis
Perilaku sinis muncul, dari ketidak berdayaan iidividu untuk berbuat atau berbicara dalam kelompok. Ketidak berdayaan ini membuat dirinya khawatir dan penilaian, orang lain terhadap dirinya, dan perilaku sinis merupakan perilaku menghindar dari penilaian orang lain.
Semua perilaku mekanisme pertahanan diri mempunyai karakteristik; 1).menolak, memalsukan, atau mengacaukan kenyataan, 2). Dilakukan tanpa menyadari latar belakang perilaku tersebut. Pola perilaku ini dipelajari, yang cenderung kepada pengurangan kecemasan dan bukan memecahkan masalah yang menjadi dasar penyebab kecemasan itu.
Berikut ini disajikan deskripsi pencapaian murid dalam tiap aspek tugas perkembangan :
a. Menanamkan Kebiasaan dan Sikap dalam Beriman dan Bertaqwa terhadap Tuhan YME.
Pada umumnya murid SD telah dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianut, terutama untuk siswa kelas tinggi (kelas IV, V, VI). Temuan peneliti ini tampaknya memberikan gambaran bahwa upaya pembinaan keagamaan baik di rumah maupun di sekolah, dalam hal melaksanakan ibadah menunjukkan keberhasilan. Selain dirumah penanaman nilai ini juga melalui mata pelajaran agama, juga dilakukan pada saat perayaan keagamaan, ibadah bersama disekolah. Murid SD cendrung belum dapat menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang agama seperti menyontek. Perilaku menghormati kedua orang tua dan orang lain masih kurang. Murid SD lebih mementingkan dirinya sendiri, belum mampu mendahulukan kepentingan orang yang lebih tua. Kebanyakan murid SD belum menunjukkan kebanggaan atas kemampuan dirinya sendiri.
b. Mengembangkan Kata hati, Moral dan Nilai-nilai sebagai Pedoman Perilaku.
Tugas perkembangan ini dimaksud agar murid mengembangkan kontrol moral dari dalam, menghargai aturan moral, dan memulai dengan skala nilai yang rasional.
c. Mengembangkan Keterampilan Dasar Dalam Membaca, Menulis Dan Berhitung (Calistung).
Hakekat tugas perkembangan ini adalah murid belajar mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan menghitung secara memadai agar mampu beradaptasi dengan masyarakat.
d. Mempelajari Keterampilan Fisik Sederhana yang Diperlukan untuk Permainan dan Kehidupan.
Anak usia SD memberikan pengendalian yang lebih besar terhadap badannya dan mampu duduk atau berdiri dalam jangka waktu yang lama, disisi lain kekuatan fisik murid belum matang, dan memerlukan aktivitas.
Murid SD lebih merasa lelah disuruh duduk dalam waktu yang lama, dibandingkan dengan lari-lari, jungkir balik atau naik sepeda. Kegiatan fisik sangat penting untuk menyempurnakan perkembangan keterampilannya, seperti melempar bola, loncat tali, keseimbangan dalam meniti balok kayu.
e. Belajar Bergaul dan Bekerja dalam Kelompok Sebaya.
Pada usia sekolah anak-anak mulai keluar dari lingkungan keluarga memasuki dunia teman sebaya. Melalui kelompok sebaya anak belajar memberikan dan menerima dalam kehidupan sosial di antara teman sebaya. Belajar berteman dan bekerja dalam kelompok, dapat mengembangkan kepribadian sosial.
f. Belajar Menjadi Pribadi yang Mandiri.
Hakekat tugas perkembangan ini adalah anak belajar menjadi pribadi yang mandiri, mampu membuat perencanaan dan melaksanakan kegiatan pada saat ini dan masa mendatang secara mandiri tidak tergantung pada orang tua atau orang yang lebih tua.
g. Membangun Sikap Hidup yang Sehat Megenai Diri Sendiri dan Lingkungan.
Tugas perkembangan ini berkenaan dengan kebiasaan dalam memelihara badan, kebersihan dan keamanan, memelihara kesehata, sikap realistis yang mencakup, perasaan memiliki fisik yang normal dan memadai, kemampuan menyenangi dalam menggunakan badannya, dan memiliki keutuhan sikap terhadap jenis kelamin. Kebersihan dalam mencapai tugas-tugas perkembangan tersebut menyebabkan terjadinya keseimbangan kepribadian. Kebiasaan hidup sehat hendaknya dilakukan secara rutin.
h. Mengembangkan Konsep-konsep yang Perlu dalam Kehidupan Sehari-hari.
Hakekat tugas perkembangan ini adalah anak memperolehsejumlah konsep untuk berpikir efektif berkenaan dengan pekerjaan, kewarganegaraan, dan peristiwa-peristiwa sosial. Pada saat anak-anak siap memasuki sekolah, ia sebanarnya telah memiliki perbendaharaan beberapa ratus konsep-terutama konsep-konsep yang sederhana seperti ; bentuk lingkaran, rasa, warna, binatang, makanan, marah, dan cinta.
i. Belajar Menjalankan Peran Sosial Sesuai dengan Jenis Kelamin.
Murid SD hendaknya belajar berperan sebagai pria atau wanita sesuai dengan jenis kelaminnya sebagaimana yang diharapkan. Sebetulnya secara biologis perbedaan anatomi antara pria dan wanita tidak menuntut perbedaan peran jenis kelamin selama murid sekolah dasar. Postur tubuh anak wanita sebagaimana anak laki-laki tumbuh dengan baik melalui aktivitas fisik sehingga menjadi kuat dan besar. Baru pada usia sembilan atau sepuluh tahun, terdapat perbedaan anatomi antara anak laki-laki dengan murid wanita.
j. Memilki Sikap Positif terhadap Kelompok dan Lembaga-lembaga Sosial.
Kemampuan murid untuk mengembangkan sikap positif terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial, merupakan dasar untuk pengembangan sikap demokrasi. Tugas perkembangan ini dipelajari murid sejak di rumah, melalui teman sebaya, dalam kehidupan di masyarakat, dan di sekolah.
Masalah-masalah yang berkaitan dengan karakteristik dengan perkembangan murid SD (Sunaryo Kartadinata, 1990, 1996) adalah sebagai berikut :
1. Perkembangan Fisik dan Kesehatan
Berdasarkan hasil pengamatan guru, terungkap bahwa gangguan perkembangan fisik dan kesehatan di kelas rendah (kelas 1, 2, dan 3) berupa ; sangat lamban dalam bereaksi, gangguan pertumbuhan gigi, perkembangna fisik tidak sesuai dengan usia, dan lebih besar dari teman sebaya. Sementara itu pada kelas tinggi (kelas 4, 5, dan 6) terungkap bahwa gangguan perkembangan fisik dan kesehatan berupa ; sangat lamban dalam bereaksi, persoalan gizi, pertumbuhan fisik tidak sesuai dengan usia, dan lebih kecil dari teman sebaya.
2. Perkembangan Diri
Karakteristik yang lemah pada konsep diri murid SD tampak lebih berkaitan dengan kemampuan dan menerima diri sendiri. Kesadaran identitas diri masih banyak didominasi oleh perintah-perintah eksternal. Walaupun demikian kesadaran akan identitas jenis kelamin mulai berkembang terutama pada murid-murid kelas tinggi.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan hubungan sosial murid SD telah menunjukkan kecenderungan orientasi kelompok yang cukup kuat. Hubungan sosial murid masih berada pada intensitas yang lemah. Murid SD telah menunjukkan sikap loyal dan kesediaan berkorban untuk kelompok. Dalam kaitannya dengan interaksi kelompok ini, perkembangan etika murid-murid SD masih cenderung dikuasai oleh faktor-faktor eksternal.
4. Teknik Membantu Murid Bermasalah
Upaya membantu peserta didik mengatasi perilaku bermasalah dan menggantinya dengan perilaku yang efektif menghendaki keterampilan khusus dari guru. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk memperoleh lingkungan belajar yang sehat :
a. Memanfaatkan pengajaran kelas sebagai wahana untuk bimbingan kelompok. Dalam hai ini guru dapat bekerja sama dengan konselor sekolah jika di sekolah tersebut telah ada konselor (guru pembimbing).
b. Memanfaatkan pendekatan-pendekatan kelompok dalam melakukan bimbingan.
c. Mengadakan konferensi kasus dengan melibatkan para guru dan/ atau orang tua murid. Konferensi kasus ini dimaksudkan untuk menemukan alternatif pemecahan bagi kasus.
d. Menjadikan segi kesehantan mental sebagai salah satu segi evaluasi. Evaluasi sekolah seyogyanya tidak hanya menekankan kepada segi hasil belajar tetapi juga perlu memperhatikan perkembangan kepribadian peserta didik. Walaupun hasil evaluasi kepribadian itu tidak dijadikan faktor penentu keberhasilan peserta didik.
e. Memasukkan aspek-aspek hubungan insaniah ke dalam kurikulum sebagai terpadu dari bahan ajaran yang harus di sajikan guru.
f. Menaruh kepedulian khusus terhadap fakto-faktor psikologis yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran.

2 komentar:

  1. P.S. Gold-Stone - Titanium White octane
    The world graphite titanium babyliss pro class steel-titanium-art titanium dab nail is a combination of a graphite core and graphite. babylisspro nano titanium spring curling iron The material is an alloy of platinum (carbon) and zinc oxide (N-z) black titanium with ford edge titanium

    BalasHapus