Selasa, 09 Februari 2010

METODE ILMIAH

Meode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang di sebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang di dapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan dengan metode ilmiah. Metode, menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Epistemologo merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan.
Berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan eksperesi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah. Dalam haal ini maka metode ilmiahmencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya.
Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Penjelasan yang bersifat rasional ini dengan kriteria kebenaran koherensi tidak memberikan kesimpulan yang bersifat final, sebab sesuai dengan hakekat rasionalisme yang bersifat pluralistik, maka dimungkinkan disusunnya berbagai penjelasan terhadap suatu objek pemikiran tertentu, selain itu dipergunakan pula cara berfikir induktif yang berdasarkan kriteria kebenaran korespondensi.
Teori korespondensi menyebutkan bahwa suatu pernyataan dapat dianggap benar sekiranya materi yang terkandung dalam pernyataan itu bersesuaian (berkorespondensi) dengan obyek faktual yang dituju oleh pernyataan tersebut. Atau dengan kata lain, suatu pernyataan adalah benar bila terdapat fakta-fakta empiris yang mendukung pernyataan itu. Bila kita dihadapkan dengan pernyataan-pernyataan yang secara empiris belim kita kenali. Dan justru disinilah sebenarnya esensi dari penemuan ilmiah yakni bahwa kita mengetahui sesuatu yang belum pernah kita ketahui dalam pengkajian ilmiah sebagai kesimpulan dalam penalaran deduktif. Penemuan yang satu akan mengakibatkan penemuan yang lain dengan penarikan kesimpuilan secara deduktif.
Proses kegiatan ilmiah, menurut Ritchie Calder, dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Adanya kontak manusia dengan dunia empiris yang menimbulkan berbagai ragam permasalahan. Dapat disimpulkan bahwa karena ada masalahlah maka proses berpikir dimulai, dan karena masalah ini berasal dari dunia empiris maka proses berpikir tersebut diarahkan pada pengamatan obyek yang bersangkutan, yang bereksistensi dalam dunia empiris pula.
Bahwa manusia menghadapi masalah, atau bahwa manusia menyadari adanya masalah dan bermaksud untuk memecahkannya, hal ini bukanlah sesuatu yang baru sejak manusia berada dimuka bumi sejak dahulu kala. Namun dalam menghadapi masalah ini maka manusiamemberikan reaksi yang berbeda-beda sesuai dengan perkembangan cara berpikir mereka. Berdasarkan sikap manusia menghadapi masalah ini maka Van Peursen membagi perkembangan kebudayaan menjadi tiga tahap yakni tahap Mistis, tahap Antologis, dan tahap Fungsional.
Dalam usaha untuk memecahkan masalah tersebut maka ilmu tidak berpaling kepada perasaan melainkan kepada fikiran yang berdasarkan penalaran. Ilmu mencoba mencari penjelasan mengenai permasalahan yang dihadapinya agar dia mengerti mengenai hakekat permasalahan itu dan dengan demikian maka dia dapat memecahkannya. Dalam hal ini maka pertama-tama ilmu menyadari bahwa masalah yang dihadapinya adalah masalah yang bersifat konkrit yang terdapat dalam dunia fisik yang nyata.
Einstein berkata, apa pun juga teori yang menjembatani antara keduanya. Teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut, tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya, teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuain dengan obyek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan, biar bagaimana pun meyakinkannya, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar. Oleh sebab itu maka sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifit sementara. Penjelasan sementara ini biasanya disebut hipotesis. Sering kita temui kesalahpahaman di mana analisis ilmiah berhenti pada hipotesis ini tanpa upaya selanjutnya untuk melakukan verifikasi apakah hipotesis ini benar atau tidak.
Kalau kita kaji secara mendalam maka kemajuan ilmu sebenarnya tidak dilakukan oleh sekelompok kecil jenius dengan buah pikirannya yang monumental, melainkan oleh manusia-manusia biasa yang selangkah demi selangkah menyusun tumpukan ilmu berdasarkan penemuan sebelumnya. Dengan adanya jembatan berupa penyusunan hipotesis ini maka metode ilmiah sering dikenal sebagai proses logiko-hipotetiko-vertifikatif, atau menurut Tyndall sebagai “pekawinan yang berkesinambungan antara deduksi dan induksi”.
Proses pengujian merupakan pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan. Fakta-fakta ini kadang bersifat sederhana yang dapat kita tangkap secara langsung dengan pancaindra kita. Kadang-kadang kita memerlukan instrumen yang membantu pancaindra kita, umpamanya teleskop dan microskop. Dalam penyelidikan fisik nuklir maka pembuktian ini kadang-kadang memerlukan alat yang rumit sekali, sehingga sering terjadi bahwa suatu hipotesis baru dapat dibuktikan beberapa lama kemudian, setelah ditemukan alat yang dapat membantu mengumpulkan fakta yang bersangkutan. Hal ini pulalah yang menyebabkan penelitian ilmiah menjadi sangat mahal, yang disebabkan bukan oleh penyusunan teorinya, melainkan dalam pembuktiannya.
Metode ilmiah adalah penting bukan saja dalam proses penemuan pengetahuan namun lebih-lebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada msyarakat ilmuwan. Ilmu tidak bertujuan untuk mencari kebenaran absolut melaikan kebenaran yang bermanfaat bagi manusia dalam tahap perkembangan tertentu.
Dengan metode ilmiah sebagai paradigma maka dibandingkan dengan berbagai pengetahuan lainnya ilmu dapat dikatakan berkembang dengan sangat cepat. Salah satu faktor yang mendorong perkembangan ini adalah faktor sosial dari komunikasi ilmiah di mana penemuan individual segera dapat diketahui dan di kaji oleh anggota masyarakat ilmuwan lainnya.
Teori ilmiah masih merupakan penjelasan yang bersifat sebagian sesuai dengan tahap perkembangan keilmuan yang masih sedang berjalan. Demikian juga dalam jalur perkembangan ini belum dapat dipastikan bahwa kebenaran yang sekarang diterima oleh kalangan ilmiah akan benar pula dimasa yang akan datang. Penilaian terhadap ilmu tidaklah ditentukan oleh kesahihan teorinya sepanjang zaman melainkan terletak dalam kemampuan memberikan jawaban terhadap permasalahan manusia dalam tahap peradaban tertentu.merupakan fakta yang tak dapat dipungkiri bahwa kurun masa kini kita mempergunakan berbagai kemudahan yang dikembangkan oleh ilmu dan teknologi umpamanya sarana angkutan seperti mobil dan pesawat terbang. Sarana angkutan tersebut yang bersifat fungsional dalam kehidupan masa kini dikembangkan berdasarkan pengetahuan ilmiah yang kebenarannya diakui pada ini. Dikemudian hari mungkin saja harus diciptakan sarana angkutan lain yang memerlukan teori lain pula untuk mengembangkannya.
Demikianlah kita telah melihat berbagai keterbatasan yang dipunyai ilmu yang walaupun demikian kekurangan ini bukan merupakan alasan untuk menolak eksistensi ilmu dalam kehidupan kita. Sebab terlepas dari segala keterbatasannya ilmu merupakan pengetahuanyang telah menunjukkan keampuhannya dalam membangun kemajuan peradaban seperti yang kita lihat sekarang ini. Kekurangan dan kelebihan ilmu harus digunakan sebagai pedoman untuk meletakkan ilmu dalam tempat sewajarnya, sebab hanya dengan sikap itulah. Kita dapat mamfaatkan kegenuannya semaksimal mukin bagi kemaslahatan manusia. Mengatasi segalanya harus kita sadari bahwa ilmu hanyalah sekedar alat dan semuanya tergantung kepada kita apakah kita mempergunakan alat itu dengan baik atau tidak. Menolak kehadiran ilmu dengan picik bearti kita menutup mata terhadap semua kemajuan masa kini dimana hampir semua aspek kehidupan modern dipengaruh oleh produk ilmu dan teknologi. Sebaliknya dengan jalan mendewa-dewakan ilmu, hal ini menunjukan bahwa dinsini pun kita gagal untuk mendapatkan pengertian mengenai hakekat ilmu yang sesungguhnya. Mereka yang sungguh-sungguh berilmu adalah mereka yang mengetahui kelebihan dan kekurangan ilmu, di atas dasar itu meraka menerima ilmu sebagaimana adanya, mencintai nya dengan bijaksana, serta menjadikan dia bagian dari kepribadian dan kehidupannya. Bersama-sama pengetahuan lainnya, dan bersama pelengkap kehidupan lainya seperti seni dan agama, ilmu melengkapi kehidupan dan memenuhkan kebahagian kita. Tanpa kesadaran itu, maka kita hanya kembali kepada ketidaktahuan dan kegersangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar